Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DBS: Ini PR Berat untuk Jokowi atau Prabowo Jika Terpilih Jadi Presiden 2019-2024

Reformasi di sejumlah sektor ekonomi Indonesia diharapkan dapat terus berlanjut untuk meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Ilustrasi sosialisasi Debat Kedua Calon Presiden Pemilu 2019 yang digelar di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (17/2/2019) dengan tema: Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, serta Infrastruktur./Istimewa
Ilustrasi sosialisasi Debat Kedua Calon Presiden Pemilu 2019 yang digelar di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (17/2/2019) dengan tema: Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, serta Infrastruktur./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Grup Riset DBS mengeluarkan sejumlah rekomendasi 'netral' untuk prospek pertumbuhan Indonesia di tengah gelaran Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan dilaksanakan 17 April 2019 mendatang.

Pemilu nanti merupakan kali pertama pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) dilaksanakan secara bersama. Penduduk Indonesia dengan hak pilih bakal memilih secara langsung 575 anggota Dewan Perwakilan (DPR) dan 19.817 anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sekaligus pasangan presiden dan wakil presiden untuk masa jabatan 5 tahun ke depan.

Dalam riset yang dirilis pada Kamis (14/2/2019), Grup Riset DBS secara umum melihat momentum Pemilu 17 April 2019 nanti berdampak netral untuk prospek pertumbuhan Indonesia.

Adapun pilpres yang diikuti oleh dua kandidat pasangan calon Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tersebut diperkirakan akan memberi stabilitas bagi pemerintahan.

Kendati demikian, DBS menyoroti pula perubahan nada kampanye yang begeser dari politik sektarian. Hal ini terlihat dari sosok wakil presiden pendamping calon petahana yang merupakan figur Islam.

Terlepas dari hasil pemilu nanti, ekonom Grup Riset DBS Masyita Crystallin mengharapkan reformasi di sejumlah sektor ekonomi Indonesia dapat terus dilanjutkan untuk meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.

"Terlalu dini untuk menilai rencana kedua kandidat sebelum debat ekonomi resmi pada 13 April 2019 nanti," kata Masyita dalam riset tersebut.

"Namun, setelah bertahun-tahun reformasi untuk meningkatkan daya saing dan mendorong potensi pertumbuhan jangka panjang melalui pembangunan infrastruktur, reformasi pajak, reformasi subsidi bahan bakar, kami berharap reformasi yang sama di bidang ekonomi dapat berlanjut terlepas dari hasil pemilu," sambung Masyita.

Selain mempertahankan sejumlah reformasi struktural yang telah berjalan, pemenang Pilpres 17 April mendatang diharapkan dapat merevitalisasi sektor manufaktur yang berorientasi ekspor. Hal ini diperlukan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan dan meningkatkan nilai untuk komoditas ekspor.

Selain Indonesia, Grup Riset DBS juga mengeluarkan proyeksi untuk Thailand dan India yang juga akan menggelar pemilihan umum dalam periode Maret-Mei 2019.

DBS melihat terdapat dukungan bipartisan yang luas untuk inisiatif kebijakan utama dalam pemilihan umum ketiga negara tersebut. Hal ini bisa memberi jaminan keberlanjutan kebijakan dan reformasi. Selain itu, harga minyak yang cenderung berada di posisi rendah dan pertumbuhan ekonomi AS yang melambat akan menciptakan situasi global yang menguntungkan bagi negara yang menghadapi pesta demokrasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper