Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Indonesia Membaik, Ini Komentar Menperin

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menanggapi kenaikan indeks manufaktur pada Desember 2018 sebagai tanda bahwa investor melihat Indonesia mampu mengelola ekonomi dengan baik dan pelaku industri lebih percaya diri menghadapi tahun babi tanah.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan kata sambutan pada pembukaan New Zealand Tech Day 2018 di Jakarta, Kamis (4/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memberikan kata sambutan pada pembukaan New Zealand Tech Day 2018 di Jakarta, Kamis (4/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menanggapi kenaikan indeks manufaktur pada Desember 2018 sebagai tanda bahwa investor melihat Indonesia mampu mengelola ekonomi dengan baik dan pelaku industri lebih percaya diri menghadapi tahun babi tanah.

Berdasarkan Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang dirilis pada Rabu (2/1/2019), pada Desember 2018 indeks manufaktur nasional berada di angka 51,2 atau naik dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Indeks manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2018 tersebut kembali naik setelah menurun 3 bulan berturut-turut sejak September hingga November.

Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.

“Sebagaimana yang saya sampaikan dalam pernyataan akhir tahun para Investor melihat Indonesia mampu mengelola ekonomi dengan norma baru, kebijakan makro tetap terjaga dalam menghadapi tail wind, dan terus mengenjot paket untuk menarik investasi serta meningkatkan utilisasi produksi orientasi ekspor,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (2/1/2019).

Selain itu, kenaikan indeks manufaktur pada Desember 2018 juga dinilai sebagai penegasan bahwa pelaku industri pengolahan percaya diri untuk lebih ekspansif pada tahun depan. “Investasi juga diharapkan bisa terus meningkat,” kata Airlangga.

Pada tahun ini, Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,4%. Airlangga menyebutkan subsektor industri yang diproyeksikan tumbuh tinggi antara lain makanan dan minuman, permesinan, tekstil dan pakaian jadi, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta barang logam, komputer dan barang elektronika.

Secara rinci, industri makanan dan minuman diproyeksikan bisa tumbuh sebesar 9,86%. Selanjutnya, industri permesinan diproyeksi tumbuh sebesar 7%, industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 5,61%, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sebesar 5,40%, dan industri barang logam, komputer, dan barang elektronik sebesar 3,81%.

Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin, menuturkan pada sektor industri IKTA, tren peningkatan telah terjadi sejak kuartal II/2018. “Khususnya di industri kimia, farmasi, dan tekstil naik dari 2,78% menjadi 4,04% pada kuartal III/2018.

Adapun, investasi di sektor manufaktur diperkirakan membaik pada tahun ini karena pemerintah telah merilis aturan terkait tax holiday yang mencakup lebih banyak sektor industri, yaitu PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Selain itu, kepastian untuk mendapatkan insentif tersebut juga lebih jelas dengan adanya online single submission (OSS).

Kondisi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China juga dinilai sebagai faktor yang memberi kesempatan Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dan AS juga akan mengalihkan permintaan barang dari China ke negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper