Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Indonesia Membaik pada Desember 2018

Indeks manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2018 kembali naik setelah menurun 3 bulan berturut-turut sejak September.
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil Mitsubishi Xpander di pabrik Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) Cikarang, Jawa Barat, Selasa (3/10)./JIBI-Dwi Prasetya
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil Mitsubishi Xpander di pabrik Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) Cikarang, Jawa Barat, Selasa (3/10)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks manufaktur Indonesia pada bulan terakhir 2018 kembali naik setelah menurun 3 bulan berturut-turut sejak September.

Berdasarkan Nikkei Indonesia Manufacturing PMI yang dirilis pada Rabu (2/1/2019), pada Desember 2018 indeks manufaktur nasional berada di angka 51,2 atau naik dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Data indeks di atas 50 menunjukkan peningkatan, sedangkan di bawah 50 mengindikasikan penurunan.

Survei PMI mencatat pertumbuhan yang lebih kuat pada produksi dan rebound pada permintaan baru. Perusahaan-perusahaan optimistis terhadap produksi ke depan sehingga mendorong peningkatan kapasitas produksi dan aktivitas belanja.

Lebih lanjut, pabrikan juga meningkatkan serapan tenaga kerja pada laju tercepat dalam 4 bulan terakhir pada Desember 2018. Pada saat yang sama, tekanan inflasi dalam negeri juga mereda, terutama terhadap biaya produksi yang berkontribusi pada perlambatan kenaikan harga.

Bernad Aw, Principal Economist di IHS Markit, mengatakan pertumbuhan aktivitas manufaktur Indonesia pada Desember tersebut merupakan sinyal positif di akhir tahun. Walaupun rerata indeks manufaktur pada kuartal terakhir 2018 merupakan yang paling lemah sejak awal tahun, indikator PMI yang lain menunjukkan outlook yang lebih baik pada tahun babi tanah.

“Indikator pertama, kondisi permintaan pada survei Nikkei terakhir memperlihatkan penguatan, permintaan baru meningkat pertama kali dalam kuartal akhir selama Desember, terutama didorong oleh pasar domestik. Permintaan global melanjutkan penurunan, terlepas dari nilai tukar yang mulai membaik,” ujarnya Rabu (2/1/2019).

Bernard melanjutkan indikator kedua yang mengindikasikan kondisi yang lebih baik pada tahun ini, yaitu para pabrikan memperluas kapasitas produksinya seiring dengan peningkatan penjualan dan diikuti oleh serapan tenaga kerja. Adapun, indikator ketiga adalah peningkatan kepercayaan diri para pelaku bisnis dengan lebih dari 45% panelis memproyeksi produksi yang lebih baik setahun ke depan.

“Stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika baru-baru ini juga membantu meredakan tekanan inflasi. Survei PMI menunjukkan biaya produksi masih meningkat pada akhir tahun, tetapi lebih lambat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” jelas Bernard.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper