Bisnis.com, TANGERANG – PT Pertamina (Persero) menambah impor produk bahan bakar minyak nonsubsidi jenis Pertamax sebanyak 600.000 barel atau sekitar 3 kargo.
Impor dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan akibat penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi jenis Premium.
Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina mengatakan dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Premium maka akan mengurangi disparitas harga dengan BBM nonsubsidi jenis Pertamax.
Dia memperkirakan akan ada lonjakan permintaan atas BBM jenis Pertamax akibat masyarakat beralih ke BBM nonsubsidi tersebut.
Untuk itu, maka pihaknya telah mengambil langkah antisipasi dengan menambah impor Pertamax.
“Kita sudah siap kalau ada pergeseran konsumsi dengan menambah impor 600.000 barel Pertamax pada akhir bulan ini,” katanya di Pelabuhan Nelayan Tanjung Pasir, Tangerang Banten, Selasa (11/11/2014).
Menurutnya, penambahan pasokan hanya untuk Pertamax karena adanya konsumsi Premium sebesar 12% menjelang kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut.
Sedangkan konsumsi Solar stabil di level 46.000 kiloliter per hari.
Padahal, jelasnya, Premium melonjak dari rata-rata per hari sebesar 81.000 kiloliter menjadi 90.000 kiloliter hingga 92.000 kiloliter.
Dia mengungkapkan misalkan ada penyesuaian harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat maka defisit yang diproyeksikan mencapai 1,9 juta kiloliter bisa turun sedikit menjadi sekitar 1,6 juta kiloliter.
Hanung mengatakan dengan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi justru akan memberikan manfaat salah satunya adalah pengurangan beban negara sehingga pemerintah dapat membangun sektor lain yang lebih produktif.
Selain itu, jelasnya, juga bisa memberikan dampak positif ke konsumen untuk menghemat pemanfaatan bahan bakar bakar fosil tersebut karena masyarakat akan bijak dalam mengkonsumsi BBM.
Dari sisi perusahaan, jelasnya, peningkatan harga jual tersebut akan membuat neraca keuangan Pertamina semakin baik karena pengeluaran Pertamina untuk menomboki pembelian BBM bersubsidi semakin kecil.
"Case flow Pertamina semakin baik, tagihan pengganti subsidi yang dibayar Kementerian Keuangan jadi lebih kecil," katanya.