Bisnis.com, JAKARTA – Kontribusi ekspor terhadap produk domestik bruto terancam semakin menciut akibat harga komoditas primer tidak sebaik perkiraan sebelumnya.
Hasil evaluasi Bank Indonesia menunjukkan akselerasi pemulihan ekonomi dunia tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi China belum kembali meningkat seiring kebijakan rebalancing yang sedang ditempuh, sekalipun negara maju mulai menunjukkan pemulihan.
Struktur kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum solid ini mendorong harga komoditas komoditas primer masih rendah setelah terkoreksi 10,6% sepanjang tahun lalu menurut catatan BI.
Semula, bank sentral memperkirakan harga komoditas primer naik 1,6% tahun ini setelah melemah tahun lalu sehingga akan membuat ekspor tumbuh sedikitnya 7,2% dari kinerja 2013.
Namun, harga komoditas yang relatif masih lemah, ditambah dampak temporer penerapan UU Minerba, membuat ekspor nonmigas yang selama ini 65% diisi komoditas primer, belum menanjak signifikan.
“Ekspor pada triwulan I/2014 diprakirakan tumbuh terbatas, dipengaruhi penurunan beberapa ekspor komoditas nonmigas utama,” demikian evaluasi Bank Indonesia yang tertuang dalam Tinjauan Kebijakan Moneter.
BI pun telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2014 dari 5,8%-6,2% menjadi 5,5%-5,9%, salah satunya karena pertumbuhan ekspor tak secepat yang diperkirakan sebelumnya. Alhasil, kontribusi ekspor terhadap PDB tahun ini bisa jadi semakin menyusut setelah tahun lalu turun menjadi 23,74% dari 24,29% tahun sebelumnya.
Namun, bank sentral belum merinci angka terbaru proyeksi pertumbuhan ekspor. “Mengenai sumber pertumbuhan, angka-angka tersebut masih diembargo. Nanti pada saat peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia kira-kira 2 April, akan dirilis,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara.