JAKARTA: Utilisasi industri baja tertahan di level 70% dari seharusnya yang bisa mencapai 90% akibat kekurangan pasokan gas untuk proses produksi baja dan pembangkit listrik.
Co Chairman Flat Product Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) Irvan K. Hakim mengatakan saat ini kebutuhan gas untuk industri baja nasional secara keseluruhan mencapai 200230 MMscfd, terutama untuk proses produksi.
Dia mengatakan dalam 10 tahun terakhir konsumsi gas industri baja tidak mengalami perubahan, kendati keberadaan pabrik semakin bertambah.
Industri akhirnya harus efisiensi. Dampak lainnya adalah tingkat utilisasi industri baja nasional yang rata-rata hanya 70% dari seharusnya 90%, katanya.
Berdasarkan realisasi pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, pasokan untuk indusri logam dasar dan fabrikasi logam mencapai 15% dari total pasokan tahun lalu yang rata-rata mencapai 825,1 MMScfd.
Tahun ini, PGN hanya mendapatkan komitmen pasokan gas sebanyak 751 MMscfd atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, yang kemungkinan akan lebih rendah lagi menyusul adanya gangguan pada Maleo, Santos.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian Putu Surya Wiryawan mengatakan industri baja merupakan industri strategis sehingga harus dilindungi.
Sayangnya, tuturnya, industri baja sangat bergantung pada pasokan energi, selain juga dikenal sebagai industri padat modal, berisiko, dan investasi jangka panjang.
Kalau mau meningkatkan daya saing, memang harus ada kepastian energi. Bukan soal harga, tetapi jaminan pasok yang pasti, tuturnya. (arh)