International Air Transport Association (IATA) menyatakan hal itu a.l. disebabkan bencana di Jepang, kondisi politik kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara serta gejolak harga minyak bumi.
Di isi lain, tingkat keterisian penumpang (load factor) global juga rata-rata turun sebesar 3,5% menjadi 74,6% pada Maret. Meski demikian, pertumbuhan kargo meningkat menjadi 3,7% pada Maret dibandingkan dengan posisi tahun lalu dan juga meningkat dari posisi Februari sebesar 1,8%.
Penumpang angkutan udara melambat pada Maret. Industri global kehilangan 2% permintaan sebagai akibat gempa bumi dan tsunami di Jepang dan kerusuhan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), kata Giovanni Bisignani, Direktur Jenderal dan CEO IATA dalam rilisnya yang diterima Bisnis hari ini.
Gempa dan tsunami Jepang berdampak pada berkurangnya permintaan lalu lintas internasional sebesar 1% pada periode Maret 2011. Secara regional, Asia-Pasifik mencatat penurunan permintaan lebih dari 2%, Amerika Utara turun 1%, dan operator Eropa jatuh 0,5%. Pasar domestik Jepang yang paling parah terkena dampak yakni terpangkas 22%.
Gangguan di Timur Tengah dan Afrika Utara diketahui memangkas permintaan perjalanan internasional sebesar 0,9%.
Dibandingkan dengan Februari, permintaan angkutan sebenarnya meningkat sebesar 8,2%. Kalau bukan karena gempa bumi dan tsunami di Jepang, rebound akan jauh lebih kuat, kata Bisignani.
IATA menyatakan pada kuartal kedua 2011 diprediksi masih terjadi penurunan pasar penerbangan global.
Gejolak harga minyak juga menambah ketidakpastian meski harga BBM berada di level US$120 per barel. Wisatawan diketahui banyak menunda terbang karena dampak kenaikan harga minyak yang tinggi.
Ini terlihat dari rendahnya pertumbuhan perjalanan kelas ekonomi sebesar 3,3% pada Februari 2011. Di samping itu, margin industri penerbangan juga rentan dalam menghadapi pasar yang tidak menentu, dan tercatat hanya sebesar 1,4%, tambah Bisignani. (arh)