Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Ramadan, Harga Beras di Garut Belum Stabil

Kepala Disperdagin ESDM Kabupaten Garut Ridwan Effendi mengatakan operasi pasar murah yang dilakukan belum mampu turunkan harga beras.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, GARUT - Sehari menjelang puasa, Pemerintah Kabupaten Garut menyebutkan harga beras di daerahnya masih tinggi. Untuk jenis premium masih seharga Rp17.000 per kilogram, sedangkan kualitas medium, Rp15.500 per kilogram.

Kepada Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) ESDM Kabupaten Garut Ridwan Effendi mengatakan operasi pasar murah yang dilakukan belum mampu turunkan harga beras. 

“Harga beras masih belum stabil. Kalau pun turun sangat kecil,” kata Ridwan, Senin (11/3/2024).

Dalam kondisi lonjakan harga, pemerintah daerah mewaspadai adanya praktik penimbunan pangan menjelang Bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. 

Pada momen tersebut, kebutuhan pangan masyarakat kerap meningkat dibandingkan momen lainnya.

Menurut Ridwan, antisipasi penimbunan dilakukan bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kepolisian  Resor (Polres) Garut.

“Hingga saat ini kami belum menemukan adanya aksi penimbunan pangan, terutama beras,” kata Ridwan.

Ketua Satgas Pangan Garut, AKP Ari Rinaldo mengatakan, berdasarkan pemantauan di lapangan, ketersediaan beras di beberapa pasar tradisional mencukupi. 

Sementara di ritel-ritel modern, jenis pangan andalan masyarakat ini sulit ditemukan.

Menurut pedagang pasar, kata Ari, pasokan beras dari produsen masih berjalan meskipun ada kenaikan harga. "Tidak terjadi kelangkaan atau kesulitan barang. Di pasar swalayan sebaliknya stok beras terbatas," kata Ari.

Menurut Ari, pihaknya hingga saat ini masih terus melakukan pendalaman terkait kenaikan harga beras. Padahal, stok yang di pasar Kabupaten Garut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Ini yang lagi kita cek kenapa terjadi kenaikan harga, sedangkan stok di lapangan banyak, apa yang menyebabkan ini menjadi naik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler