Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, BANDUNG -- Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) tengah merancang naskah akademik program studi apoteker spesialis nuklir. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan dunia kesehatan berbasis nuklir.

Gagasan tersebut dimunculkan dalam acara Rapat Kerja Nasional dan Pertemuan Ilmiah Nasional 2019 di Kota Bandung, 12-13 Maret 2019. Acara tersebut mengambil tema Enhancing Public Access to Pharmatcists In Digital Era.

Ketua IAI, Nurul Falah Eddy Pariang menuturkan, ‎dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, berkembang ilmu kedokteran berbasis nuklir. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan medis menggunakan metode nuklir, apoteker di Indonesia akan mencetak apoteker spesialis nuklir.

"Apoteker - apoteker spesialis nuklir itu kalau kita lihat bencmark itu ada, seperti di Amerika dan Eropa, yaitu apoteker yang bergerak di bidang farmasi nuklir, jadi di dalam ilmu kesehatan berkembang juga kedokteran nuklir yang menggunakan bahan-bahan yang memang kita bicara nuklis itu selalu bom atom, peledak, padahal itu suatu zat yang bisa digunakan untuk kesehatan," kata dia, Rabu (13/3).

Nantinya, apoteker-apoteker ini akan menyiapkan sediaan - sediaan farmasi nuklir yang jelas akan sangat berbeda dengan sediaan-sediaan obat konvensional.

"Dokternya melakukan diagnosis berdasarkan kedokteran nuklir, apoteker menyiapkan sediaan-sediaan untuk farmasi nuklir yang biasanya waktunya sangat pendek, seperti begitu disiapkan sekitar 3 jam sudah expire, dan itu pengobatan yang efektif," ungkapnya.

Di Indonesia sendiri kedokteran nuklir memang sudah sudah ada, namun apoteker spesialis nuklir baru direncanakan. Saat ini pihaknya tengah membuat naskah akademiknya.

"Tapi kebutuhannya apoteker nuklir ini (ada). Sehingga kita berkolaborasi dengan teman-teman dari kedokteran nuklir untuk bersaama-sama," ungkapnya.

Saat ini ia menyebut program studi apoteker spesialis nuklir akan dibuka untuk pertama kalinya di Universitas Padjajaran.

"Rencananya yang akan membuat prodi di Unpad," tandasnya.

Sementara itu,‎ Dirjen Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Engko Sosialine Magdalen memastikan secara umum pihaknya siap merealisasikan kebutuhan-kebutuhan terkait penerapan kesehatan berbasis nuklir.

"Kalau ada kebutuhan maka pemerintah wajib merealisasikan kebutuhan tersebut," jelasnya.

Ia pun menyadari ilmu kesehatan di Indonesia terus berkembang, sehingga kebutuhan obat dan alat kesehatan terkait perkembangan ilmu kesehatan tersebut harus dipenuhi.

"Saya tahu kedokteran nuklir kan sudah lama berkembang, mesti ada obat-obatannya juga," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler