Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis.com, BANDUNG - Target ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang dipatok oleh pelaku usaha pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan target pemerintah. Pebisnis memproyeksikan nilai ekspor TPT pada tahun ini berpotensi mencapai US$16 miliar.

Adapun target yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian hanya senilai US$15 miliar. Sementara itu, sepanjang tahun lalu total nilai ekspor TPT diperkirakan mencapai US$13,5 miliar hingga US$14 miliar.

"Kami optimistis ekspor Indonesia bisa mencapai US$16 miliar per tahun. Karena potensinya sangat besar dan Indonesia negara yang lebih besar dibandingkan Vietnam dan Bangladesh," kata Program Representative Cotton Council International (CCI) Indonesia Andy Do dalam seminar bertema 'Advantages os US Cotton Textiles Product and Future Fashion Trends in the Global Market' yang digelar di Bandung, Kamis (10/1/2019).

Menurutnya, potensi Indonesia untuk meningkatkan ekspor TPT memang cukup besar. Selain kualitas yang tidak kalah dibandingkan produk negara tetangga, peluang perusahaan tekstil untuk terus berekspansi di dalam negeri juga masih terbuka.

Adapun yang menjadi pekerjaan rumah menurut Andy adalah kemampuan produsen atau eksportir tekstil dalam membaca tren pasar global. "Banyak negara ekspornya tinggi karena mereka mampu melihat trend future untuk produk fesyen," ujarnya.

Dia mencontohkan Vietnam dan Bangladesh, dua negara yang lebih kecil dari Indonesia namun mampu mencatatkan nilai ekspor lebih tinggi. Kata dia, nilai ekspor Vietnam telah mencapai US$27 miliar per tahun dan Banglades US$30 miliar. Sedangkan nilai ekspor China mencapai US$160 miliar.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, tahun lalu produk TPT menyumbang pendapatan ekspor sekitar US$13,5 miliar dengan serapan tenaga kerja 2,95 juta orang. Sedangkan nilai ekspor 2019 ditargetkan US$15 miliar dengan serapan tenaga kerja sebanyak 3,11 juta orang.

Pada 2017 silam, realisasi ekspor TPT telah menyentuh angka US$12,58 miliar atau tumbuh 6% dibanding 2016. Peningkatan ini diyakini akan terus berlanjut sejalan dengan peningkatan produksi yang dilakukan oleh pelaku bisnis.

Apalagi, utilisasi produksi masih cukup rendah. Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), utilisasi pabrik tekstil baru 49,69%. Jumlah ini setara dengan volume produksi yakni sebanyak 6,1 juta ton.

Sekjen API Jawa Barat Kevin Hartanto menilai, US$16 miliar merupakan target optimistis bagi pelaku usaha. Angka tersebut bisa terealisasi selama pemerintah dan pelaku usaha melakukan perluasan destinasi ekspor.

Menurutnya, ada dua strategi yang bisa diterapkan untuk merealisasikan target ekspor. Pertama dengan menjalin kemitraan bisnis terutama dengan Amerika Serikat dan Eropa yang selama ini menjadi salah satu tujuan utama ekspor.

"Untuk Eropa dan AS bisa menjalin kemitraan, ini fungsi dari pemerintah untuk memfasilitasi ekspor," kata dia. Untuk kedua kawasan tersebut, sambung Kevin, mayoritas produk yang diekspor adalah pakaian jadi.

Sedangkan strategi kedua adalah melakukan lobi bilateral dengan AS, di mana Indonesia merupakan salah satu importir utama kapas AS. Pada pertengahan tahun lalu, pengusaha tekstil lokal kembali menandatangani nota kesepahaman impor kapas lebih banyak dengan pemasok asal AS.

Kesepahaman diperoleh dengan beberapa pemasok kapas besar seperti Louis Dreyfus, Cargill dan Toyo Cotton. Saat ini, Indonesia merupakan importir kapas AS keempat terbesar di dunia.

"Kalau kita impor kapas, tentu AS senang. Dengan demikian peluang untuk meningkatkan ekspor TPT ke sana akan terbuka karena ada simbiosis mutualisme. Ini tugas pemerintah juga," jelasnya.

Kevin menjelaskan, awalnya pelaku industri tekstil berharap pada kemitraan transpasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP). Namun upaya itu gagal setelah Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS.

Saat ini, di tengah ketegangan trade war antara AS dan China, menurutnya Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk meningkatkan ekspor. "Upaya harus segera dilakukamn karena ini momentum sudah sangat tepat."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Tegar Arief
Editor : Tegar Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper