JAKARTA (bisnis-jabar.com): Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengembangkan varietas ikan nila salin yang toleran terhadap perairan payau dengan salinitas atau kadar garam yang tinggi untuk memanfaatkan lahan tambak marjinal seluas 600.000 hektare. "Sampai saat ini nila salin masih uji multilokasi, dan tahun depan kami akan mengajukan sertifikasi ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk diperkenalkan ke masyarakat," kata Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Nenie Yustiningsih pada Bincang Iptek di Jakarta, hari ini. Perekayasaan teknologi produksi ikan Nila Salin, ujar dia, dilakukan melalui penerapan teknologi "diallel crossing" dengan menggunakan delapan varietas ikan nila dari hasil seleksi. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) atau mujair merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang paling populer dikonsumsi masyarakat Indonesia karena mudah dipelihara, dapat diproduksi secara massal dan diminati pasar dunia, ujarnya. Ikan Nila Salin merupakan peranakan dari ikan nila unggul yang dikembangkan BPPT sebelumnya yakni Ikan Nila GMT. Pada 2006 BPPT telah melepas varietas ikan nila Gesit (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) yaitu ikan nila jantan super kromosom YY yang jika dikawinkan dengan nila betina akan menghasilkan Nila monoseks jantan genetis (GMT) yang memiliki keunggulan cepat tumbuh 1,3-1,5 kali dibanding nila betina. "Nila GMT usia enam bulan beratnya bisa mencapai 500 gram, lebih berat dibanding nila biasa yang budi dayanya dilakukan secara alami, yang usianya harus sampai 8-9 bulan untuk mencapai 500 gram. Ikan nila GMT saat ini telah dibudidayakan di 28 kabupaten," katanya. Untuk mendukung pengembangan ikan nila unggul ini BPPT, ujarnya, juga mempersiapkan produk pakan pengakselerasi pertumbuhan berupa hormon rekombinan protein dan produk vaksin DNA Streptococcus untuk meningkatkan daya tahan ikan nila terhadap penyakit. Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT Listyani Wijayanti mengatakan, saat ini konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia cukup rendah sehingga dapat berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan hambatan pertumbuhan fisik dan harapan hidup. Dibanding negara lain, menurutnya, tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia hanya 4,7 gram per orang per hari. Angka ini sangat rendah dibanding Malaysia, Thailand dan Filipina yang rata-rata 10 gram per orang per hari, atau negara maju seperti Jepang, Inggris dan AS 50-80 gram per kapita per hari. (fsi)
BPPT kembangkan varietas ikan nila salin
JAKARTA (bisnis-jabar.com): Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi mengembangkan varietas ikan nila salin yang toleran terhadap perairan payau dengan salinitas atau kadar garam yang tinggi untuk memanfaatkan lahan tambak marjinal seluas 600.000 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
