Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren bearish diprediksi berlanjut

Oleh: Bisnis Indonesia

Oleh: Bisnis Indonesia JAKARTA: Lesunya (bearish) pergerakan indeks harga saham gabungan yang dimulai Kamis lalu diprediksi berlanjut dan terus konsolidasi sampai akhir tahun. Pembalikan tren pergerakan IHSG dari bullish ke bearsih yang terkonfirmasi sepenuhnya Jumat pekan lalu ketika indeks ditutup turun 2,1% ke level 3.665,8 itu sekaligus mengikuti tren bearish indeks regional dan global yang terjadi lebih dahulu. Untuk indeks regional, proses konsolidasi dimulai persisnya 19 Oktober, atau sejak Bank Sentral China menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,56%. Sehari sebelumnya, Morgan Stanley merekomendasikan pengurangan portofolio di negara berkembang dari 6% jadi 4%. Adapun, tren bearish indeks global yang memang sudah bergerak naik turun di area positif dan negatif sejak awal pekan terkonfirmasi sepenuhnya Jumat lalu. Saat itu, indeks Dow Jones ditutup melemah 0,65% ke 11.283,10, diiringi penurunan indeks global lainnya. Sejumlah analis berpendapat saran Morgan Stanley per 10 November yang mempertegas agar investor mengurangi portofolionya di Indonesia, Filipina, dan Malaysia dan mengalihkannya ke  China dan Korea, ikut mempercepat pembalikan tren IHSG. Hal lainnya adalah fakta pertumbuhan ekonomi kuartal III yang di bawah ekspektasi serta absennya sentimen positif domestik lain sejalan dengan rampungnya penawaran saham perdana (initial public offering/ IPO) PT Krakatau Steel Tbk. Analis PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan dengan absennya sentimen positif itu, dia memprediksi dalam jangka pendek indeks akan melemah. Meski, untuk hari ini peluang rebound masih terbuka. “Indeks tembus 3.650 kelihatannya baru Selasa atau Rabu, didorong regional yang bearish dan konsolidasi. Kita tidak akan bisa terus-menerus melawan pergerakan regional. Penurunan indeks pekan ini akan seiring dengan penurunan indeks regional,” ujarnya di Jakarta kemarin. Satrio memperkirakan hari ini indeks akan bergerak 3.700-3.715, dan level penutupannya akan menjadi sinyal pergerakan jangka menengah. Apabila ditutup di atas 3.720, trennya flat, tapi kalau di bawah 3.720, maka penurunannya akan lebih besar. Karena itu, sambungnya, dia memperingatkan agar investor mewaspadai apabila indeks sudah tembus ke level 3.650.  Kalau situasi itu yang terjadi, kemungkinan besar sampai akhir tahun paling tidak indeks akan terus menurun bergerak pada kisaran 3.425-3.525. Momentum IPO Ketika dimintai pendapatnya seberapa jauh bearish itu memengaruhi sukses tidaknya IPO yang sudah dijadwalkan sejumlah emiten dalam pekan-pekan ini, Satrio mengatakan yang lebih berpengaruh adalah bagaimana emiten bersangkutan menjaga harga sahamnya. “IPO hari pertama biasanya bagus, tapi kita harus lihat pergerakannya setelah itu. Apakah dia bisa terus bertahan pada kelompok blue chip. Kalau saham itu naik bukan karena pergerakan pasar atau saham gorengan, lama-lama pasar juga bosan.” Di tempat terpisah, analis PT Lautandhana Securindo Willy Sanjaya menambahkan sentimen negatif pergerakan indeks pekan ini yang perlu diwaspadai adalah kenaikan laju inflasi China yang juga terkonfirmasi Jumat lalu. “Ada faktor inflasi China yang tembus 4,4%. Jadi, ada kepanikan sementara dari investor menyangkut ekspektasi naiknya tingkat suku bungan acuan. Dengan situasi itu, saya kira pekan ini indeks akan bergerak mixed di kisaran 3.621-3.737,” katanya. Analis PT Invovesta Utama Praska Putrantyo memprediksi pekan ini IHSG akan bergerak flat 3.612-3.731 dengan sentimen negatif rencana Bank Sentral China mengerek suku bunganya dan penerapan capital control guna meredam gelembung terutama di sektor properti. Wacana berbau spekulatif mengenai pengendalian arus modal itu pekan lalu telah mengoreksi hampir seluruh nilai mata uang di kawasan, dipimpin oleh won Korea Selatan dan peso Filipina. Nilai rupiah terkoreksi 0,3% ke Rp8.926 per dolar AS. “Selain itu, ada sentimen negatif berupa persoalan utang Irlandia yang memicu penguatan dolar AS terhadap euro. Situasi ini otomatis menekan harga komoditas dunia yang pekan lalu menembus rekor tertingginya.” Rekor harga komoditas yang dimaksud Praska itu adalah harga minyak sawit mentah yang pekan lalu menembus rekor tertinggi dalam 2 tahun, yakni US$1.096,36 per ton dan harga batu bara yang mencapai level tertinggi dalam setahun, US$108,84 per ton. Dia menambahkan sinyal bearish  akhir pekan lalu tidak menutup peluang aksi ambil untung lanjutan. Dia menyarankan investor memperhatikan saham properti, aneka industri, dan consumer goods yang diprediksi bergerak positif. (05/Bastanul Siregar) (redaksi@bisnis.co.id)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper