BANDUNG: Arus pengangkutan peti kemas dari Bandung menuju Pelabuhan Tanjung Priok tetap normal, walaupun sebagian Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, amblas pada pekan lalu. Anton Nugroho, Kepala Cabang Bandung PT Ritra Cargo Indonesia, mengatakan trayek truk peti kemas perusahaannya dari Bandung menuju pelabuhan tersibuk di Indonesia tersebut tidak melewati Jalan RE Martadinata. “Setiap truk barang biasanya melewati daerah Cikunir. Jadi, sejak amblasnya Jalan RE Martadinata, pengiriman barang belum terkendala,” katanya kepada Bisnis. Kendati demikian, perusahaan kargo tersebut memprediksikan pengaruh amblasnya jalan itu baru mulai terasa minimal dua minggu pascakejadian. Walau bagaimanapun, pengiriman barang termasuk peti kemas sangat bergantung pada infrastruktur jalan raya. Arus pengiriman peti kemas PT Ritra Cargo trayek Bandung-Tanjung Priok berangsur normal pada pekan ini setelah libur Lebaran (H-3 hingga H+4 hari raya). Dia mengatakan kejadian amblasnya Jl Martadinata, Jakarta terjadi pada pekan lalu, bersamaan dengan mulai aktifnya pengiriman sebagian perusahaan peti kemas. “Minggu ini sepertinya perusahaan pengiriman barang memang baru kembali aktif. Efek domino dari amblasnya jalan itu pasti ada, tetapi belum tampak sekarang. Dampaknya baru kelihatan pekan kedua setelah kejadian itu,” ujarnya. Permasalahan infrastruktur, kata Anton, menjadi masalah utama yang dihadapi pengusaha transportasi saat ini. Sebagai contoh, sejumlah infrastruktur jalan di daerah Bandung bagian selatan dan jalan tol menuju Tanjung Priok sering menjadi penghambat distribusi barang selama ini. Dia mengungkapkan infrastruktur jalan yang rusak di beberapa titik itu menyebabkan biaya operasional perusahaan pengiriman barang menjadi membengkak. “Jalan yang rusak menjadi penyebab kemacetan sehingga mengganggu pengiriman barang,” ungkapnya. Belum ada hambatan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jabar Dedy Widjaja mengatakan belum menerima laporan dari anggotanya terjadi keterlambatan atau hambatan peti kemas akibat amblasnya Jalan Martadinata akibat abrasi. “Trayek pengangkutan peti kemas dari Bandung itu langsung menuju Tanjung Priok melalui tol. Kebetulan, Jl Martadinata tidak dilalui truk dari Bandung,” katanya. Dedy memperkirakan jumlah peti kemas dari Bandung menuju Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 1.000 kontainer per bulan. Dari jumlah itu, komoditas teksil dan produk tekstil paling dominan. Namun begitu, dia mengatakan pembenahan infrastruktur merupakan hal penting agar distribusi barang tidak terhambat. Eksportir, kata dia, membutuhkan ketepatan waktu pengiriman peti kemas ke Tanjung Priok agar tidak tertinggal kapal. Apabila hal itu terjadi, pengusaha terancam membayar penalti karena keterlambatan pengiriman barang ekspor. “Jumlah kendaraan terus meningkat setiap tahunnya, sementara jalan rayanya tidak bertambah. Mungkin sudah seharusnya ada tol baru menuju Tanjung Priok agar pengiriman peti kemas lebih lancar,” katanya. Dedy mengatakan apabila infrastruktur jalan raya tidak segera dibenahi akan membuat biaya operasional perusahaan terus naik. “Biaya transportasi berpotensi naik hingga 30% akibat buruknya infrastruktur. Kerugian itu belum adanya potensi keterlambatan pengiriman,” ujarnya. Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat Kevin Hartanto juga mengatakan belum menerima laporan gangguan pengiriman barang terkait rusaknya sarana infrastruktur jalan di sekitar Tanjung Priok. Akan tetapi, dia menilai hambatan pengiriman barang mungkin saja terjadi karena jalan yang rusak merupakan arus utama angkutan barang. “Mungkin saja ada. Tetapi, laporannya mungkin langsung disampaikan ke API pusat,” katanya. Dia menilai pemerintah memang cenderung lamban untuk membenahi maupun membangun sarana infrastruktur. Padahal, kualitas infrastruktur akan berdampak besar terhadap kinerja industri di Jabar. Dia mengatakan persoalan infrastruktur yang rusah di Jakarta bagian utara itu merupakan salah satu contoh dari buruknya kualitas infrastruktur. “Lagipula sarana pelabuhannya [Tanjung Priok] sudah tidak memadai. Pelayanannya cenderung lamban,” katanya. Pemerintah memang mewacanakan pembangunan pelabuhan baru sebagai pengganti Tanjung Priok. Akan tetapi, Kevin pesimistis realisasi pembangunan pelabuhan baru itu terwujud dalam waktu dekat. Dia pun menyebut sejumlah ruas jalan di Bandung yang memang terbilang buruk seperti di Bandung bagian selatan yang sering terendam banjir ketika turun hujan. “Secara otomatis, itu juga akan menghambat pengiriman barang,” tuturnya.(Herdiyan/Yanto Rakhmat)
Pengiriman peti kemas dari Bandung normal
BANDUNG: Arus pengangkutan peti kemas dari Bandung menuju Pelabuhan Tanjung Priok tetap normal, walaupun sebagian Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, amblas pada pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

11 menit yang lalu
Efek Domino Tarif Trump di Sektor Asuransi Marine Cargo

42 menit yang lalu
Local vs Imports: Weighing Pros and Cos of TKDN Relaxation
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
