Saat ini penyediaan energi masih didominasi oleh energi batu bara yang porsinya sekitar 60% dalam bauran energi nasional dan diproyeksikan terus meningkat hingga 2028, karena masih terdapat proyek 35.000 megawatt yang mayoritas merupakan proyek PLTU.
Untuk masuk trayektori dekarbonisasi, maka dalam 30 tahun mendatang Indonesia perlu menambah kapasitas pembangkit EBT sekitar 400 (GW) sampai dengan 2050.
Pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PT PLN (Persero) seret pada awal tahun ini. Banjir di sejumlah lokasi dan harga ekspor yang lebih menarik jadi biang keladi.
Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengatakan bahwa perseroan akan fokus untuk menjaga protokol kesehatan terkait Covid-19 sehingga dapat menjaga proses konstruksi proyek dan operasional berjalan lancar.
Dalam draf RUPTL 2021—2030, asumsi pertumbuhan konsumsi listrik selama 10 tahun ke depan dipatok pada kisaran 4,9 persen lebih rendah daripada asumsi sebelumnya 6,9 persen.
Pandemi Covid-19 telah menekan konsumsi listrik sepanjang tahun lalu. Saat ini, pemerintah dan PT PLN (Persero) bersikap realistis dan bersiap memangkas rencana tambahan kapasitas pembangkit listrik.
Keberadaan PLTU ini menjadi andalan karena dinilai mampu menekan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik. Ini akan berimbas pada harga jual listrik kepada pelanggan yang lebih murah.